Entri Populer

Selasa, 19 April 2011


Semangat terlecut ketika mendapatkan penghargaan
 dari Bapak Presiden Suharto

Kisah nyata dari seorang yang bernama Shodikin yang sekarang usianya telah berusia 43 tahun. Ia bertempat tinggal di daerah Sawojajar Malang. Shodikin ini bukanlah orang yang sempurna, dia tidak seberuntung kita sebagai ciptaan yang Maha Kuasa. Akan tetapi, karena semangatnya sangat  besar ia mampu meraih mimpi-mimpinya.
Dia memang memiliki keterbatasan fisik yakni tingginya tidak lebih dari semeter bahkan kedua tangannya tidak bisa difungsikan secara normal. Namun, Allah maha adil dan bijaksana, dia mempunyai ketrampilan melukis yang luar biasa dan sebuah kekayaan jiwa. Tutur bicaranya sopan, lembut, dan orang yang mudah bergaul.
Karena kecintaannya pada dunia gambar dan kerajinan ia mulai belajar menggambar dengan kaki sejak umur 4 tahun. Ditengah-tengah perjalanan Shodikin tidak lepas dari beban batin karena dia memiliki keterbatasan, yakni tidak memiliki kedua tangan sejak lahir. Bahkan tidak sering ia menjadi bahan pergunjingan masyarakat dan memandang sebelah mata terhadapnya sehingga ia sering merasa minder dan apabila keluar rumah ia terpaksa menunduk.
Semangat kini tumbuh lagi karena ia mendapatkan penghargaan dari Presiden Suharto berupa mesin ketik yang telah memotivasi ia menjadi lebih baik dan ditambah lagi dukungan dari orang tuanya yang tidak pernah habisnya sehingga ia terus melangkah. Yah dorongan itulah yang telah mengembalikan semangat yang dulu pernah hilang.
Suatu hari pada tahun 1987 saat ia duduk di bangku SMA ada seorang belanda yang tertarik dengan hasil karya seninya itu dan dihargai sebesar 300 ribu.  Sejak saat itulah shodikin semakin percaya diri untuk mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi seorang seniman. Bahkan saking seriusnya menggeluti seni lukis itu, ia bertekad untuk melanjutkan studinya di ISI (Institut Seni Indonesia) di Jogjakarta. Namun, karena keterbatasan fisiknya sehingga ia tidak diterima di ISI. Ia tak putus semangat, kemudian ia mencoba kuliah di UMM menempuh jurusan psikologi. Lagi-lagi perjalanan kariernya tidak semulus dugaannya karena ia terlalu sibuk melukis. Bahkan ia pernah tidak diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester pada semester tiga dan disuruh mengambil cuti untuk sementara waktu. Ia tak mudah putus asa saat itu juga ia berinisiatif untuk mendaftarkan dirinya sebagai anggota Assosiasi pelukis mulut dan kaki di swiis. Dan alhamdulilah ia kini sebagai anggota tetap.
Keuntungan menjadi anggota tetap inilah yang bisa membawa dia keliling dunia berkat hasil karyanya dan kini dia bisa menunjukkan pada orang lain bahwa dia juga mampu melakukan hal yang luar biasa. Dari hasil melukis inilah ia bisa menyelesaikan kuliah di UMM.
Sampai sekarang Shodikin masih tetap berkarya bahkan ia sudah berkeluarga dan bisa menyekolahkan anaknya hingga kejenjang yang lebih tinggi dan hidup serba kecukupan.
Meski sukses, tidak membuat Shodikin tengadah ke atas dan angkuh. Bahkan kini hidupnya hanya diabdikan untuk lukisan dan menyempatkan waktunya untuk mengajar seni melukis di SD Bhakti Luhur dan SMA Santha Maria Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar