Entri Populer

Sabtu, 24 September 2011

Sinopsis "Sitti Nurbaya"


SITTI NURBAYA
Kasih Tak Sampai
Judul                  : Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang          :Marah Rusli
Penerbit              : Balai Pustaka
Cetakan              : 30
Tahun Terbit      : 2001
Seri BP               : 575
Tempat Terbit    : Jakarta
Tebal Buku        : 271 halaman; 21 cm
Angkatan           : Balai Pustaka/Periode 1920-an

SINOPSIS

            Seorang penghulu di Padang bernama Sutan Mahmud Syah dengan istrinya, Sitti Maryam, yang berasal dari orang kebanyakan, mempunyai seorang anak tunggal laki-laki bernama Samsulbahri. Rumah Sultan Mahmud Syah dekat dengan rumah seorang saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman yang mempunyai seorang anak perempuan tunggal bernama Sitti Nurbaya. Mereka itu sangat karib sehingga seperti kakak beradik saja.
            Pada suatu  hari setelah pulang dari sekolah, Samsulbahri mengajak Siti Nurbaya bertamasya ke gunung Padang bersama dua orang temannya, yakni Zainularifin, anak Hopjaksa Sutan Pamuncak dan Muhammad Baktiar anak guru kepala sekolah Bumiputra kelas II di belakang Tangsi. Keduanya teman sekolah Samsulbahri, yang tiga bulan lagi akan pergi bersama ke Jakarta, meneruskan pelajarannya; Samsulbahri dan Arifin akan melanjutkan di Sekolah Dokter Jawa, sedangkan Baktiar pada sekolah Opseter (KWS).
            Pada hari yang akan ditentukan, berangkatlah mereka bertamasya ke gunung Padang. Di gunung Padang itulah Samsu menyatakan cintanya ke Nurbaya, dan mendapat balasan. Sejak itulah mereka mengadakan perjanjian akan hidup semati.
            Pada suatu hari yang telah ditentukan, berangkatlah Samsu bersama kedua temannya melanjutkan sekolah ke Jakarta. Samsu satu sekolah dengan Arifin. Nurbayapun sedih akan kepergian kekasihnya ini.
            Di padang ada seorang yang sangat kaya bernama Datuk Maringgih. Ia selalu berbuat kejahatan secara halus sehingga tidak diketahui orang lain. Kekayaannya itu didapatnya dengan cara yang tidak halal. Untuk itu ia mempunyai banyak kaki tangan, antara lain Pendekar Tiga, Pendekar Empat, dan Pendekar Lima.
            Melihat kekayaan Baginda Sulaiman, Datuk Maringgih merasa tidak senang, maka semua kekayaan Baginda Sulaiman diputuskan akan dilenyapkan. Melalui perantaraan para kaki tangannya itu, dibakarlah tiga buah toko serta perahu-perahu yang penuh berisi muatan ditenggelamkan.
            Untuk memperbaiki perdagangannya itu, Baginda Sulaiman meminjam uang kepada Datuk Maringgih sebanyak sepuluh ribu rupiah, karena untuk mengembalikan uang pinjaman, ia masih mempunyai harapan atas hasil kebun kelapanya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya ketika diketahuinya semua pohon kelapanya sudah tidak berbuah lagi. Kebun kelapa itu oleh para kaki tangan Datuk Maringgih diberi obat-obatan, sehingga pohon kelapanya tidak ada yang berbuah sedikit pun. Di samping itu, karena hasutan kaki tangan Datuk Maringgih semua langganan yang telah berhutang kepada Baginda Sulaiman mengingkari hutangnya. Dengan demikian, tiba-tiba Baginda Sulaiman menjadi orang yang sangat melarat, sehingga ia tidak dapat membayar hutang yang sepuluh ribu rupiah. Barang-barang yang masih ada hanya kira-kira seharga tujuh ribu rupiah.
            Karena Baginda Sulaiman tak dapat membayar hutang, maka Datuk Maringgih bermaksud hendak menyita barang-barang milik Baginda Sulaiman, kecuali jika Nurbaya diserahkan kepada datuk Maringgih sebagai istrinya. Mula-mula Nurbaya tidak sudi, tetapi  ketika melihat ayahnya digiring hendak dimasukkan penjara, maka secara terpaksalah ia mau menjadi istri Datuk, walaupun sebenarnya hatinya sangat benci kepadanya. Selanjutnya kejadian yang menimpa diri ayah dan dirinya sendiri itu segera diberitahukan oleh Nurbaya kepada Samsu di Jakarta.
            Setelah setahun di Jakarta, menjelang bulan Puasa, pulanglah Samsu ke Padang. Setelah menjumpai orang tuanya, pergilah ia ke rumah Baginda Sulaiman, setelah ia mendengar dari ibunya bahwa Baginda Sulaiman sakit. Sesampainya ke tempat yang dituju, dijumpainya Baginda Sulaiman sedang berbaring karena sakit. Tak lama setelah kedatangan Samsu itu, datanglah Nurbaya karena ayahnya mengharapkan kedatangannya. Maka berjumpalah Samsu dengan Nurbaya.
            Suatu malam bertemulah Samsu dengan Nurbaya  dan pertemuan ini terjadi sampai malam hari. Keduanya asyik sehingga tidak mengetahui bahwa gerak-gerik mereka itu sedang diikuti oleh Datuk Maringgih beserta kaki tanganya. Karena tidak tahan menahan rindunya, maka mereka pun berciuman. Pada waktu itulah Datuk Maringgih mendapatkan mereka dan terjadilah percekcokan. Mendengar kata-kata pedas dari Samsu, maka Datuh Maringgih memukulkan tongkatnya sekeras-kerasnya kepada Samsu. Akan tetapi Samsu bisa menghindar sambil menyeret Nurbaya. Dengan segera Samsu menendangnya, tersungkurlah Datuk Maringgih, karena kesakitan  berteriaklah ia minta tolong. Mendengar teriakan Datuk Maringgih itulah maka pada saat itu juga keluarlah Pendekar Lima dari persembunyiannya dengan membawa sebilah keris.
            Melihat Pendekar Lima membawa keris, berteriaklah Nurbaya sehingga teriakan itu terdengar oleh para tetangga dan Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Karena disangkanya Nurbaya mendapat kecelakaan, maka bangkitlah Baginda dan pergi ke tempat anaknya tetapi karena kurang hati-hati, terperosoklah ia jatuh, sehingga  menyebabkan Baginda Sulaiman meninggal. Ia dikebumikan di gunung Padang.
            Pada waktu Pendekar Lima hendak menikam Samsu, menghindarlah Samsu ke samping dan pada saat itu juga ia berhasil menyepak tangan Pendekar Lima, sehingga keris yang ada di tangannya terlepas. Sementara itu datanglah para tetangga yang mendengar teriakan Nurbaya tadi. Melihat mereka itu datang, larilah ia menyelinap ke tempat yang gelap.
            Di antara para tetangga yang datang itu, kelihatan pula Sutan Mahmud Syah yang hendak menyelesaikan peristiwa itu. Setelah ia mendengarkan penjelasan Datuk Maringgih tentang hal anaknya itu maka Samsu pun diajak pulang, dan  karena malunya maka diusirlah Samsu tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Pada malam itu juga secara diam-diam pergilah Samsu ke Teluk Bayur untuk naik kapal pergi ke Jakarta. Pada pagi harinya ributlah Sitti Maryam mencari anaknya. Setelah gagal mencarinya, maka dengan sedihnya, ia pergi ke runah saudaranya di Padangsepanjang.
            Sejak kematian ayahnya, Nurbaya menunjukkan kekerasan hatinya kepada Datuk Maringgih. Ia berani mengusirnya dan tak sudi mengaku suaminya lagi. Dengan rasa geram hati dan dendam, pulanglah Datuk Maringgih ke rumahnya dan ia ingin sekali membunuh Nurbaya.
            Setelah peristiwa pertengkaran dengan Datuk Maringgih itu, Nurbaya tinggal di rumah saudara sepupunya yang bernama Alimah. Di rumah itulah Nurbaya mendapat petunjuk dan nasihat, antara lain ialah agar ia pergi ke Jakarta bersama Pak Ali yang telah berhenti ikut Sutan Mahmud sejak pengusiran diri atas Samsu. Kepada Samsu pun ia memberitahukan kedatangannya itu. Tapi malang bagi Nurbaya karena percakapannya dengan Alimah didengar oleh kaki tangan Datuk Maringgih yang memang sengaja memata-matainya.
            Pada pagi hari yang telah ditetapkan berangkatlah Nurbaya dengan Pak Ali ke Teluk Bayur untuk segera naik kapal menuju Jakarta. Mereka tidak mengetahui bahwa mereka itu diikuti oleh Pendekar Tiga dan Pendekar Lima. Setelah Nurbaya dan Pak Ali naik ke kapal dan mencari tempat yang tersembunyi dekat kapten kapal, maka berkatalah Pendekar Lima kepada Pendekar Tiga bahwa ia akan mengikuti perjalanan Nurbaya ke Jakarta, sedang Pendekar Tiga disuruhnya pulang untuk memberitahukan peristiwa itu kepada Datuk Maringgih. Setelah itu Pendekar Lima pun naik ke kapal dan mencari tempat yang tersembunyi pula.
            Pada suatu saat tatkala orang menjadi ribut akibat ombak yang sangat besar, pergilah Pendekar Lima mencari tempat Nurbaya. Setelah ia mendapatinya, ia segera menyeret Nurbaya hendak membuangnya ke dalam laut. Melihat kejadian itu Pak Ali membelanya, tetapi ia pun mendapat pukulan Pendekar Lima dan tak mampu melawannya karena Pendekar Lima jauh lebih kuat. Nurbaya pun berteriak dan ia jatuh pingsan. Teriakannya itu terdengar oleh orang yang ada dalam kapal, lebih-lebih kapten kapal. Karena takut ketahuan maka Pendekar Lima lari menyembunyikan dirinya, Nurbaya akhirnya diangkut orang ke suatu kamar untuk dirawat.
            Akhirnya kapal pun tiba di Jakarta. Di pelabuhan Tanjung Priok Samsu sudah gelisah menantikan kedatangan kapal uang ditumpangi oleh kekasihnya itu. Setelah kapal itu merapat ke darat, maka naiklah Samsu ke kapal dan mencari Nurbaya. Alangkah terkejutnya tatkala ia mendengar dari kapten kapal dan Pak Ali tentang peristiwa yhang terjadi atas diri Nurbaya. Dengan di antar kapten kapal dan Pak Ali, pergilah Samsu ke kamar tempat Nurbaya dirawat.
            Pada saat itu tiba-tiba datanglah polisi mencari Nurbaya. Setelah berjumpa dengan kapten kapal dan Samsu, diberitahukan kepada mereka itu bahwa kedatangannya mencari Nurbaya ialah atas perintah atasannya yang telah mendapat telegram dari Padang, bahwa ada seorang wanita bernama Sitti Nurbaya telah melarikan diri dengan membawa barang-barang berharga milik suaminya dan diharapkan agar orang itu ditahan dan dikirimkan kembali ke Padang. Mendengar itu mengertilah Samsu bahwa hal itu tidak lain adalah akal busuk Datuk Maringgih belaka, ia pun minta kepada polisi agar hal tersebut jangan diberitahukan dahulu kepada Nurbaya, mengingat akan kesehatannya yang menghawatirkan. Ia minta kepada polisi agar kekasihnya dirawat dahulu di Jakarta sampai sembuh sebelum kembali ke Padang. Permintaan Samu dikabulkan setelah dokter yang memeriksanya menganggap akan perlunya perawatan  Nurbaya. Setelah Nurbaya sembuh, barulah diberitahukan hal itu kepada kekasihnya, kabar itu diterima oleh Nurbaya dengan tenang hati. Ia bermaksud kembali ke Padang untuk menyelesaikan masalah yang didakwakan atas dirinya. Setelah permintaan Samsu kepada yang berwajib agar perkara ini bisa diperiksa di Jakarta tidak dikabulkan, maka pada hari yang ditentukan , berangkatlah Nurbaya ke Padang dengan diantar oleh yang berwajib. Dalam pemeriksaan di Padang ternyata Nurbaya tidak bersalah sehingga ia dibebaskan.
            Pada suatu hari walaupun tidak disetujui Alimah, Nurbaya membeli kue yang dijajakan oleh Pendekar Empat yang menyamar. Kue yang sengaja disediakan khusus untuk Nurbaya itu telah diisi racun. Setelah penjajak kue itu pergi, Nurbaya makan kue yang baru saja dibelinya. Setelah makan kue itu terasa oleh Nurbaya kepalanya pening. Tidak lama kemudian Nurbaya meninggal secara mendadak, terkejutlah ibu Samsu, yang pada waktu itu sedang sakit keras, sehingga menyebabkan kematiannya. Kedua jenasah itu dikebumikan di gunujng Padang di samping makam Baginda Sulaiman.
            Kabar kematian Sitti Maryam dan Nurbaya dikawatkan kepada Samsu di Jakarta. Membaca telegram yang sangat menyedihkan, Samsu memutuskan bunuh diri karena tidak ada gunanya ia berada di dunia ini karena kedua wanita yang disayangi telah berpulang, Samsu memutuskan untuk membunuh diri. Sebelum hal itu dilakukan ia menulis surat untuk ayah, para guru dan kawan-kawannya, untu meminta diri berpisah selama-lamanya. Kemudian dengan menyaku sebuah pistol, pergilah ia ke kantor pos bersama Arifin untuk memasukkan surat yang akan dikirimkan untuk ayahnya. Kabar yang sangat menyedihkan itu dirahasiakan oleh Samsu sehingga Arifin tidak mengetahuinya. Sesampainya di kantor pos, Samsu minta berpisah dengan Arifin dengan alasan bahwa ia hendak pergi ke rumah seorang tuan yang telah dijanjikannya. Arifin memperkenankannya, tetapi dengan tidak setahu Samsu ia mengikuti gerak-gerik sahabatnya itu, karena curiga akan maksud sahabatnya.
            Pada suatu tempat di kegelapan, Samsu berhenti dan mengeluarkan pistolnya dan kemudian menghadapkannya di kepalanya. Melihat itu Arifin segera mengejarnya sambil berteriak. Karena teriakan Arifin, peluru yang meletus itu tidak sampai melukai Samsu. Akhirnya kabar tentang seorang murid Sekolah Dokter Jawa di Jakarta yang berasal dari Padang telah bunuh diri itu tersiar ke mana-mana melalui surat kabar. Kabar itu pun sampai di Padang dan didengar oleh sutan Mahmud Syah dan Datuh Maringgih.
            Karena perwatakan yang baik, sembuhlah Samsu. Ia minta kepada yang berwajib agar berita mengenai dirinya yang masih hidup itu dirahasiakan. Setelah itu Samsu berhenti bersekolah, karena ia menginginkan mati, ia pun menjadi serdadu (tentara). Ia dikirim ke mana-mana, antara lain ke Aceh untuk memadamkan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di sana. Oleh karena keberaniannya, maka dalam waktu sepuluh tahun saja pangkat Samsu dinaikkan menjadi letnan dengan nama Letnan Mas.
            Pada suatu hari Letnan Mas beserta kawannya bernama Letnan Van Sta ditugasi memimpin anak buahnya untuk memadamkan pemberontakan mengenai masalah belasting (pajak). Sesampainya di Padang dan sebelum terjadi pertempuran, pergilah Letnan Mas ke makan ibu dan kekasihnya di gunung Padang.
            Dalam pertempuran dengan pemberontak, bertemulah Letnan Mas dengan Datuk Maringgih yang termasuk sebagai salah seorang pemimpin pemberontakan. Setelah bercekcok sebentar, maka ditembaklah Datuk Maringgih oleh Letnan Mas, sehingga menemui ajalnya. Akan tetapi sebelum meninggal, Datuk Maringgih masih sempat membalasnya. Dengan ayunan pedangnya, kenalah kepala Letnan Mas yang menyebabkan ia rebah dan terjatuh. Ia rebah di atas timbunan mayat, yang antara lain terdapat mayat Pendekar Empat dan Pendekar Lima. Kemudian Letnan Mas pun diangkut ke rumah sakit. Karena dirasanya bahwa ia tidak lama lagi hidup di dunia ini, maka Letnan Mas minta tolong kepada dokter yang merawatnya agar dipanggilkan Penghulu di Padang yang bernama Sutan Mahmud Syah, karena dikatakannya ada masalah yang sangat penting. Setelah Sutan Mahmud Syah datang, maka Letnan Mas pun berkata kepadanya bahwa Samsu masih hidup dan kini berada di Padang untuk memadamkan pemberontakan, tetapi kini ia sedang dirawat di rumah sakit karena luka-luka yang dideritanya saat pertempuran. Dikatakannya pula kepadanya, bahwa Samsu sekarang bernama Mas, yakni kebalikan dari kata Sam, dan berpangkat letnan. Akhirnya disampaikan pula kepada Sutan Mahmud, bahwa pesan anaknya kalau ia meninggal, ia minta dikebumikan di gunung Padang di antara makam ibunya dan Nurbaya. Setelah berkata itu, maka Letnan Mas meninggal dunia.
            Setelah hal itu ditanyakan oleh Sutan Mahmud kepada dokter yang merawatnya, barulah Sutan Mahmud mengetahui bahwa yang baru saja meninggal itu adalah anaknya, yakni Letnan Mas alias Samsulbahri. Kemudian dengan upacara kebesaran, baik dari pihak pemerintah maupun dari penduduk Padang, dikuburkanlah jenasah Samsu di antara makam Sitti Maryam dan Nurbaya seperti yang pernah dimintanya.
 Sepeninggal Samsu, karena sesal dan sedihnya, maka meninggal pula Sutan Mahmud Syah. Jenasahnya dikebumikan dekat dengan makam istrinya, yakni Sitti Maryam. Dengan demikian di kuburan gunung Padang terdapat lima makam yang berjajar dan berderet, yakni kubur Baginda Sulaiman, Sitti Nurbaya, Sasmsulbahri, Sitti Maryam, dan Sutan Mahmud.
            Dua bulan kemudian berziarahlah Arifin dan Baktiar ke makam sahabatnya itu. Arifin telah lulus dalam ujiannya sehingga ia menjadi seorang dokter, sedangkan Baktiar kini telah menjadi opseter.

Sinopsis Roman "Namaku Teweraut"


NAMAKU TEWERAUT
“ Sebuah Roman Antropologi dari Rimbarawa Asmat, Papua”

Judul                  : Namaku Teweraut: Sebuah Roman Antropologi dari Rimbarawa                              Asmat, Papua
Pengarang          : Ani Sekarningsih
Penerbit              : Yayasan Obor Indonesia
Cetakan              : Pertama
Tahun Terbit      :  2000
Tempat Terbit    : Jakarta
Tebal Buku        : 298 hlm
SINOPSIS

            Di sebuah daerah pedalaman Papua Asmat lahir seorang anak yaitu Teweraut yang artinya anggrek cantik, ia berasal dari keluarga terpandang dan ia dibesarkan dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Sejak Teweraut di bangku sekolah ibunya selalu berpesan bahwa Teweraut adalah titisan leluhur yang bersemayam di Caserasen yakni lapangan suci dekat persimpangan tiga sungai. Ia dilarang minum air di sana dan pantang memakan buah dan binatang buruan atau ikan jenis tertentu pada hutan tempat leluhurnya tinggal.
            Ndiwi Teweraut bernama nDesman, beristri dua, ia terlahir dari istri pertama bernama Cipcowut yang merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Teweraut beruntung karena ia dilahirkan oleh seorang perempuan yang mengerti arti sekolah bagi para gadis, sekalipun harus menentang tradisi masyarakat. Ia pun merantau ke ibukota kabupaten terdekat untuk melanjutkan ke sekolah kesejahteraan keluarga. Akan tetapi karena keterlambatan kiriman ia hanya bersekolah selama delapan bula.
            Suatu ketika datanglah mama Rin dari Jakarta yang ingin mengenal budaya Asmat lebih dekat. Teweraut menjadi sangat dekat dengan mama Rin.
            Teweraut pun beranjak dewasa ia mulai menyukai lawan jenis. Ia tertarik pada Def yang profesinya sebagai seorang guru. Akan tetapi orang tua Teweraut menginginkan ia menikah dengan Akatpits yang beristrikan enam orang. Akatpits adalah seorang kepala dusun. Pertentangan pun terjadi tetapi apa daya Teweraut, ia tidak bisa menolak karena terperangkap dalam ketentuan adat yang mengistimewakan kedudukan status seseorang dan sebagai seorang perempuan yang harus menuruti orang tuanya.
            Berita pernikahan Teweraut terdengar oleh mama Rin kemudian mama Rin datang  untuk mengucapkan selamat dan ia juga ingin mencari dan memilih penari, pakar penabuh gendang, peniup bumbung, dan lakon untuk pameran kebudayaan di laur negeri.
            Terpilihlah enam orang perempuan dan enam laki-laki termasuk Teweraut, Akatpits, dan nDiwi Teweraut. Rombongan bertolak ke Jakarta untuk mempersiapkan pertunjukan budaya. Setelah beberapa hari latihan, semua rombongan berangkat ke Amerika. Di luar negeri mereka merasa tidak nyaman karena harus mematuhi peraturan yang sebenarnya tidak mereka inginkan karena adanya batasan-batasan dan jadwal yang padat. Selama empat bulan mereka harus meninggalkan Asmat.
            Pertunjukan mereka disambut antusias oleh warga Eropa dan Amerika tidak sedikit yang berdecak kagum tetapi di sisi lain tidak menyukai pertunjukan tersebut.
            Setelah perjalanan yang menyenangkan dan melelahkan mereka bertolahk ke Jakarta dan melanjutkan ke Merauke, mereka disambut oleh Bupati Merauke dan pejabat penting yang akan membawa mereka pulang ke kampung halaman. Akhirnya mereka pulang ke kampung halaman dan disambut dengan meriah oleh keluarga mereka masing-masing.
            Setelah perjalanan panjang yang dilalui Teweraut dan Akatpits, Teweraut mulai mencintai laki-laki itu. Ia sangat memperhatikan dan menyayangi Teweraut. Apalagi saat Akatpits mengetahui Teweraut telah hamil dua bulan, hanya dua minggu Akatpits berkumpul dengan anak-istrinya ia berangkat kembali ke Merauke memenuhi tawaran kerja di pelabuhan.
            Hari-hari Teweraut terasa sepi tanpa sang suami ia memutuskan untuk bekerja di base-camp Konoko sebagai tukang cuci dan masak pada Pak Mangunsong dan Mister Hoover asal Texas. Teweraut pun merasa senang dengan pekerjaannya.
            Kini wajah kampung Teweraut sedang menuju perubahan, rombongan luar menjajakan  budaya baru dan rombongan lain merampas sumber kehidupan turun temurun.
            Usia kandungan Teweraut memasuki usia delapan bulan. Teweraut pun berpamitan kepada Mister Hoover untuk meninggalkan pekerjaannya. Ia sekarang tinggal bersama orang tuanya dan sesekali ia mengunjungi istri-istri lain Akatpits. Perasaan rindu pun dirasakan oleh Teweraut dan ia sering memimpikan Akatpits.
            Teweraut mendapat panggilan dari Pak Camat, ia pun mendatangi rumah Pak Camat bersama nDiwinya. Ia mendapat kabar kalau ada kecelakaan di pelabuhan yang salah satu korbannya tewas dan dua luka-luka, berita ini menyebar ke segala penjuru dan belum diketahui siapa korban itu. Selama dua hari mereka menunggu kabar berita tersebut. betapa terkejutnya Teweraut dan istri-istri Akatpits ketika mendengar berita bahwa korban yang meninggal itu adalah Akatpits. Suasana pun menjadi sangat haru. Pemakaman pun dilaksanakan secara adat.
            Setelah kematian Akatpits, kini Teweraut dan istri-istri Akatpits menjadi tanggung jawab Owenbe, adik Akatpits. Para istri sekaligus menjadi istri Owenbe karena adat istiadat jika orang yang meninggal mempunyai istri maka tanggung jawab diberikan kepada saudara yang masih hidup.  Tak mudah Teweraut mengubur kesedihan dalam waktu singkat. Owenbe menawarkan agar Teweraut bisa tinggal bersamanya beserta istri-istri Akatpits dan kedudukannya berubah menjadi istrinya. Akan tetapi, Teweraut untuk sementara memilih tinggal bersama orang tuanya sampai kelahiran anaknya. Kini Teweraut tinggal bersama orang tuanya dan bekerja di biara dan dibina menjadi seorang yang tangguh yang harus bisa menjawab tantangan jaman.
            Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, Teweraut merasakan nyeri di bagian bawah perut. Ia pun dibawa oleh Endewnya ke pondok. Perjuangan Teweraut tidak membuahkan hasil dan akhirnya dibawa ke Puskesmas. Posisi bayi yang dikandung Teweraut ternyata melintang, ia merasa tidak kuat dan saat itu ia merasa bahwa Akatpits berada di disisinya dan membawanya terbang.
            Tangis para wanita meledak ketika melihat Teweraut terbujur kaku. Ia langsung dimakamkan tanpa disemayamkan di rumah karena sesuai tradisi bahwa wanita yang meninggal bersama bayi dalam kandungan akan segera ditempatkan di bawah pohon Cu di hutan keramat.
            nDesman nDiwi Teweraut merasa bersalah karena tidak pernah memberi kesempatan pada Teweraut memilih jalan hidupnya sendiri. Dua bulan kemudian nDesman pun menyusul putri kesayangannya.

KOMENTAR
            Roman ini ditulis oleh Ani Sekarningsih. Ia pernah mengabdi di Asmat beberapa tahun dan hal ini membuat Ani merasa tersentuh untuk merekam keekotisan budaya dan perilaku masyarakat Asmat dalan bentuk roman.
            Roman karya Ani Sekarningsih ini merupakan salah satu karya sastra Indonesia kontemporer yang kental dengan aspek-aspek antropologis. Roman ini berhasil memperoleh penghargaan Hadiah Sastra Buku Utama Tahun 2002 dari Menteri Pendidikan Nasional. Roman ini bercerita tentang kisah perempuan Asmat yang bernama Teweraut dari lahir sampai meninggalnya, sebuah cerita yang memang khas dengan pengertian roman. Banyak dijumpai hal-hal yang menarik dalam roman ini, mulai dari budaya dan perilaku masyarakat Asmat yang sampai sekarang masih dianut dan perjumpaan budaya lokal Asmat dengan budaya modern luar.
            Roman ini bercerita dari sudut pandang atau kacamata seorang Teweraut yang kritis terhadap berbagai hal, termasuk pandangannya tentang budaya di masyarakatnya diantaranya adalah kawin muda dan kawin paksa yang dialaminya, perjumpaannya dengan budaya modern sewaktu ikut misi budaya ke luar negeri, daya kritisnya tentang kondisi sosial budaya sukunya dan banyak lagi persoalan kehidupan yang dialami seorang Teweraut.
            Tema yang diangkat dalam roman 2000-an (Namaku Teweraut) ini menyangkut seluruh aspek kehidupan dan tidak dibatasi. Para penulis era 2000-an ini bebas mengangkat tema yang diinginkan dan bisa mengkritisi segala aspek kehidupan yang ada di masyarakat dan dapat mengungkapkan secara gamblang karena mereka tidak terikat oleh peraturan-peraturan yang seperti periode terdahulu. Sehingga tema yang diangkat mengalami perkembangan yang positif.

Kamis, 14 Juli 2011

Laila Majnun


LAILA MAJNUN
 SEBUAH CINTA ABADI SANG PENCINTA DAN KEKASIH
KARYA NIZAMI

            Nizami adalah seorang penyair besar Rusia pada abad ke-12 yang berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang fenomenal. Awal penulisan novel ini adalah karena tugas semata, ia ditugaskan untuk menulis Laila Majnun oleh penguasa Kaukasia, Shirvanshah, pada tahun 1188 Masehi. Dalam pengantar aslinya, Nizami menjelaskan bahwa seorang utusan dari Shirvanshah menemuinya dan memberinya sebuah surat yang ditulis tangan oleh Sang Raja sendiri. Shirvanshah memuji Nizami sebagai penyair yang mampu menampilkan sebuah keelokan pada kata-kata terhebat di dunia, kemudian Sang Raja meminta Nizami untuk menulis sebuah epos romantis yang diambil dari cerita rakyat Arab, kisah mengenai seorang Majnun yang telah melegenda, sang penyair yang gila cinta akibat seorang gadis yang kecantikannya sangat terkenal namun Majnun tidak diijinkan untuk memiliknya.
            Sejak tenggelamnya Islam sekitas lima ratus tahun sebelumnya, legenda tentang Laila dan Majnun telah menjadi sebuah tema populer dari lagu-lagu cinta, soneta-soneta, dan syair-syair pujian masyarakat Badui di jazirah Arab. Manjun dihubungkan dengan tokoh-tokoh yang benar-benar pernah ada, yakni Qois bin al-Mulawwah, yang kemungkinan hidup dalam paruh abad ketujuh masehi di padang pasir Najd di semenanjung Arab. Pada masa Nizami, ada banyak sekali variasi pada tema mengenai Majnun yang tersebar di seluruh daerah itu, dan tidak diragukan lagi Shirvansyah telah memerintahkan seorang yang tepat untuk menulis kisah itu.
            Laila Majnun telah menduduki kedudukan penting dalam deretan kisah cinta abadi masyarakat Arab. Kisah ini dikisahkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, sehingga kisah ini menjadi sebuah legenda yang telah menjadi buah bibir di segala penjuru dunia. Selama lebih dari seribu tahun baragam versi dari kisah tragis ini telah muncul, meskipun demikian sajak Nizami-lah yang banyak menjadi sebuah dasar.
            Kepopuleran Laila Majnun sangat dirasakan di Indonesia. Ini terbukti dari penerbit OASE Mata Air Makna yang telah menerbitkan kisah ini dari tahun 2002 hingga mencapai cetakan ke delapan pada tahun 2005. Yang pastinya karya ini tidak berhenti diterbitkan sampai sekarang karena masih banyak ditemui buku ini beredar di Indonesia. Selain itu, karya ini banyak diterbitkan oleh penerbit lain dan mendapatkan antusias yang luarbiasa dari masyarakat, sehingga buku ini mendapatkan julukan International Best Seller.
            Dalam novel ini, Nizami tidak semata menuliskan sebuah bacaan yang bertema cinta belaka. Namun lebih dari itu, ia menceritakan sebuah cinta yang nyaris sama dengan kehidupan itu sendiri, karena dalam kisah ini menyangkut hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk lainnya, dan manusia dengan sang Pencipta. Dalam kisah ini terdapat sebuah kompleksitas masalah dan emosi tokoh dalam menghadapi tantangan cinta yang tak tersampaikan. Kompleksitas masalah dan emosi itu antara lain: perasaan saat jatuh cinta dan menjalani kehidupan dengan kasih sayang yang luar biasa, kedukaan akibat perpisahan karena hubungan mereka tidak direstui, adanya keretakan hubungan antara Qois dan ayahnya karena Qois lebih memilih hidup sendiri di tengah kegelapan, kepedihan akibat kecemburuan, usaha memperebut cintanya kembali dengan cara peperangan, perasaan dikhianati cintanya karena Laila telah menikah dengan orang lain, dan kesedihan akibat ditinggalkan orang yang disayangi serta dicintainya untuk selama-lamanya.
Kisah Laila Majnun merupakan sebuah kisah dari perjalanan seorang sufi untuk sampai kepada sang Pencipta yang membawa kita pada sebuah proses panjang dengan cara mencinta, di mana kecintaan itu bisa menekan ego dan memandang seorang diri dan kekasihnya sebagai kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Kisah dalam Laila Majnun ini adalah sebuah kisah yang sangat tragis tentang cinta yang tidak tersampaikan antara kedua manusia. Mereka berdua adalah Qois dan Laila.
Kisah ini diawali dengan pertemuan keduannya di sekolah. Laila adalah anak seorang gadis idaman laki-laki di seluruh penjuru kabilah, dan beruntunglah Qois karena cintanya terhadap Laila disambut baik. Laila pun menyukai Qois.  Namun hubungan keduanya harus ditanggalkan karena mereka berdua tidak ingin menjadi pergunjingan masyarakat. Kemudian mereka berdua memutuskan untuk mengunci rapat-rapat hubungan mereka. Kehati-hatian mereka semakin hari semakin tak bisa dikendalikan terutama Qois. Qois tidak dapat menemukan jalan untuk keluar dari kesulitan dan kebingungan yang dialaminya. Yang dapat dilakukannya hanyalah berjalan ke sana kemari dalam keadaan tidak sadarkan diri, memuja kecantikan Laila, dan menceritakan kebaikan hati gadis itu. Semakin banyak orang berjumpa dan mendengar ucapan-ucapannya, semakin mereka mencemooh dan menertawakan dan meneriaki Qois sebagai orang gila yakni Majnun.
            Qois telah menelantarkan pendidikannya dan merendahkan harga dirinya serta menggelandang kesana kemari hanya untuk mengungkapkan cintanya kepada Laila. Syeh Omri tidak tega melihat anaknya seperti itu, banyak usaha yang telah dilakukan ayahnya demi kesembuhan anaknya termasuk pergi menunaikan haji. Namun, semuanya sia-sia setelah kepulangannya dari ibadah haji, Majnun tidak lagi betah di rumah, ia lebih memilih berkelana dan hidup sendirian di padang gurun bersama kawanan binatang buas dan ia selalu melantunkan syair-syair cintanya yang indah.
            Suatu hari datanglah kabilah Naufal yang prihatin melihat kejadian ini, kemudian ia ingin menyandingkan mereka berdua dalam suatu pernikahan. Terjadilah perang besar yang menghasilkan kemenangan pada kabilah Naufal dan ini artinya kabilah Laila harus mau menyerahkan Laila kepada kabila Naufal. Akan tetapi, ayah Laila tidak ingin menyerahkan anaknya di pelukan Qois. Qois tetap merana dalam kesendiriannya hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.
            Di sisi lain, Laila diincar oleh seorang pemuda Arab bernama Ibnu Salam. Ibnu Salam datang melamar Laila dan diterima. Selama bersama Ibnu Salam, kesuciaan Laila tetap terjaga dan cintanya kepada Majnun tak pernah luntur sedikitpun. Ketika Majnun mendengar kabar pernikahan Laila, jiwanya seperti kapas yang tertiup angin. Majnun semakin menjadi liar dan tak terkendali. Ia terus memanggil nama Laila dan meratapi takdir yang telah memisahkan mereka. Selama masa perpisahan itu, Majnun hidup dalam goa di padang pasir dan berkawan dengan binatang-binatang. Terasing dalam kehidupan manusia dan memilih hidup untuk tetap merawat cintanya sendiri bersama binatang-binatang yang telah menemaninya selama ini.
            Di lain tempat, ayah Majnun setiap hari meratapi nasib anaknya yang malang. Semakin hari tubuhnya semakin kurus dan ia menyadari hidupnya tidak lama lagi. Kemudian ia mempunyai satu keinginan bahwa ia ingin melihat anaknya. Tidak beberapa lama setelah kunjungan ayahnya ke goa dimana Majnun tinggal terdengarlah kabar bahwa ayahnya meninggal dunia. Ini membuat keadaan Majnun semakin terpuruk.
            Laila  ingin sekali bertemu dengan Majnun, kemudian mereka berdua bertemu untuk kedua kalinya, namun saat pertemuan itu mereka berdua diam membisu. Kemudian Laila mengeluarkan syair-syair hingga Majnun meneteskan air matanya dan berbalik membalas syair-syair tersebut. Tiba-tiba Majnun lari dari hadapan Laila karena ia sudah tak kuasa menahan rasa cintanya yang membara hingga mengakibatkan pikirannya tidak terkendali karena cinta yang diberikan Majnun merupakan cinta suci.
            Setelah pertemuan itu, hati Laila semakin tak terkendali, harapannya pupus karena ia tak tahu lagi bagaimana mengembalikan Qois seperti dulu kala. Tubuhnya semakin kurus, akhirnya ia meninggal untuk selama-lamanya. Mendengar kabar kematian Laila, Qois segera berlari menuju pusara Laila. Hingga keduanya kini bersatu dalam gelap kesunyian untuk selama-lamanya dan tak ada lagi yang bisa memisahkan keduanya.
Dalam kisah ini Majnun merupakan seorang pencari cinta yang diperbudak oleh cinta itu sendiri. Ia merupakan budak cinta yang menghamba untuk diijinkan mencinta. Sedangkan Laila merupakan seorang penunggu cinta yang selalu mendamba untuk dicinta. Majnun mampu menahan egonya hingga ia mencapai suatu keadaan peniadaan diri. Ia tidak lagi memperhatikan dirinya sendiri, ia lebih memperhatikan rasa cintanya yang teramat dalam pada Laila. Melalui penalaran ini sebenarnya hubungan mereka berdua lebih cocok bila direpresentasikan sebagai hubungan manusia dengan Tuhannya. Menurut hadist Qudsi, “Tuhan adalah khasanah tersembunyi, ia ingin dikenal, maka ia ciptakan semesta dan siisinya. Ia menciptakan bukan karena ia butuh kepada ciptaannya, tetapi agar ia suatu saat dikenal dan dirindu oleh makhluknya.
Cerita ini sungguh memberikan sebuah kenikmatan dan pencerahan yang luar biasa. Dalam kisah ini kita dihadapkan pada sebuah kisah perjalanan cinta yang sangat luar biasa hingga melampaui batas harga diri dan merelakan semua kehidupannya diperbudak oleh perasaan cinta. Kita disuguhi sebuah penderitaan yang ditimbulkan akibat cinta yang penuh halangan, bukan saja pada orang yang mencinta tetapi juga pada orang yang dicintai, dalam hal ini yang termasuk orang yang dicintai adalah orang tua, sanak saudara, dan  kabilah Majnun.
Apapun mampu dilakukan Majnun untuk mempertahankan cintanya kepada Laila tetap abadi. Termasuk mengasingkan diri hidup di belantara hutan. Dalam hal ini, Majnun tidak lagi memandang semua penderitaan yang ia alami sebagai kepedihan. Ia sungguh menikmati takdirnya seperti ini, takdir diperbudak oleh cinta. Cinta Majnun terhadap Laila tidak akan binasa meskipun Laila telah mati. Cinta yang terjalin di antara keduanya merupakan sebuah cinta putih dan suci yang patut diteladani dan dicontoh. Cinta Laila Majnun merupakan sebuah cinta abadi yang sudah terlepas dari hawa nafsu. Kisah ini banyak menampilkan potret-potret nilai kehidupan manusia yang sangat universal tentang arti sebuah cinta suci.


           

Minggu, 24 April 2011

Resensi Novel: Love in Sunkist


LOVE IN SUNKIST
Don’t Say it with Flower, but Sunkist …

A.  Identitas Buku
1.         Judul               : Love in Sunkist: Don’t Say it with Flower, but Sunkist …
2.         Penulis             : Evelyn Jingga
3.         Tahu Terbit      : 2006
4.         Penerbit           : Bandung: Cinta
5.         Genre              : Chicklit
B.  Ringkasan Isi Buku
Menyatakan cinta dengan bunga atau cokelat itu sudah biasa tetapi kalau menyatakan cinta dengan buah sunkist ini baru luar biasa. Novel ini menceritakan kisah seorang gadis yang tengah jatuh cinta yang bernama Kimberly Andrea alias Kimmy berusia 21 tahun yang tidak menyangka saat dia belanja  di Supermarkat 365 Days menjadi sebuah cerita cinta yang sungguh melelahkan. Cewek imut yang mandiri dan mempunyai toko buku di seberang supermarket ini terjerat cinta dengan cowok wangi yang mempunyai badan proporsional yang membeli buah sunkist di supermarket ketika ia sedang berbelanja.
Cowok itu sanggup membuat Kimmy blingsatan tidak karuan, sering memikirkannya hingga ia tidak bisa tidur karena membayangkan kegantengannya. Kimmy sering datang ke supermarket agar bisa bertemu dengan cowok tersebut. Dewi Fortuna saat itu berpihak pada Kimmy sehingga dia bisa bertemu dengan cowok itu dan berkenalan. Cowok itu bernama Nikolas Kevin alias Niko yang tinggal di apartemen Grand Cemara Blok 7. Kimmy sempat mengajak Niko bermain ke toko bukunya dan disitu keduanya saling mengakrabkan diri.
Hubungan keduanya berjalan dengan mulus tetapi keduanya saling menganggap diri sebagai seorang sahabat. Padahal Kimmy berharap lebih dari seorang sahabat. Ia hanya menjadi sahabat yang baik hati tanpa mengutarakan maksud hatinya. Hal itu membuat sakit hati Kimmy karena ia tahu bahwa Niko mencintai seseorang yang bernama Nisye. Nisye adalah teman semasa kecil dan Niko pernah mengutarakan cintanya tetapi ditolaknya. Sehingga Kimmy diminta tolong untuk membantu Niko agar bisa menyatakan cintanya kepada Nisye. Kimmy merasa tersakiti karena cowok yang ingin dijadikan pacar mempunyai pilihan cewek lain.
Kimmy merasa takut untuk mengutarakan isi hatinya kepada Niko karena ia takut kehilangan Niko untuk selamanya. Saat Kimmy dan temannya makan di restoran Jepang, ia bertemu dengan Niko dan Nisye berjalan berdua dan menghampirinya. Saat itu Kimmy merasa dirinya tidak berguna di depan Niko, hatinya sakit teriris melihat mereka berjalan berdua.
Suatu malam, Kimmy mendapatkan telepon dari mamanya yang menyatakan bahwa kimmy mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Taiwan. Ini kesempatan emas untuk Kimmy, selain untuk meraih mimpinya, ia juga bisa pergi dari hadapan Niko dan melupakannya untuk selama-lamanya.
Kepergian Kimmy ke Taiwan disambut isak tangis sahabatnya. Niko merasa sedih ditinggalkan Kimmy, sebenarnya ingin sekali Niko mencegah Kimmy pergi karena ternyata Niko juga mencintai Kimmy. Perasaan cinta mereka yang terdalam seperti terbungkus seribu macam keraguan. Titik perpisahan semakin dekat saat Kimmy melepaskan diri dari pelukan Niko. Kimmy berjalan meninggalkan orang yang dicintainya, kemudian Niko memanggil Kimmy dan memberikan sebuah kotak kecil yang dibungkus kertas kado berwarna biru muda. Kimmy pun beranjak meninggalkan Niko. Sesaat setelah Kimmy pergi, Niko mendapatkan sepucuk surat dari Kimmy.
Kado yang diberikan Niko berisi sebuah sunkist yang ada tulisan  I love you dengan tinta berwarna biru yang di dalamnya ada sepucuk surat cinta yang menyatakan bahwa Niko telah jatuh cinta kepada Kimmy saat pertama kali bertemu di supermarket.  Setelah membuka kado itu Kimmy tidak bisa menghentikan air matanya.
Di sisi lain, Niko juga membuka surat yang diberikan Kimmy kepadanya. Selesai membaca surat tersebut jantung Niko berdegup kencang. Ingin sekali ia mengejar Kimmy, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Perasaan Niko kini gelisah karena harus merelakan kepergian Kimmy namun ia lega rahasia cinta keduanya terkuak juga.
Tiga tahun kemudian, Kimmy menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Supermarket 365 Days tetapi ia tidak menemukan sesosok yang pernah mengisi hatinya. Ia memutuskan untuk pulang namun di luar gerimis. Kimmy terus berjalan sambil menutup kepalanya. Tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang mengikutinya lalu mendadak berhenti ketika ia mencium sesuatu. Keharuman yang ia kenal. Wangi yang tiba-tiba tercium di hidungnya kalau ia ingat seseorang. Wangi yang selalu membuatnya ingin terbang…
Kimmy memalingkan wajahnya pelan-pelan. Sangat pelan, seperti adegan film dalam gerak lambat. Begitu ia melihat sesosok wajah di belakangnya ia tersenyum.
C.                Kelebihan Buku
Novel ini menyuguhkan cerita remaja yang sedang jatuh cinta. Cerita tidak hanya terfokus pada cerita cinta saja tetapi juga  persahabatan di antara keduanya yang berujung dengan cinta. Novel ini memaparkan cerita secara lugas, menggunakan bahasa sehari-hari, dan ceritanya penuh dengan hal-hal yang menyegarkan berbalur rasa asam dan manis jeruk Sunkist. Seperti sunkist yang asam-manis plus segar. Selain itu,  pembaca juga bisa sedikit belajar bahasa Mandarin dari novel ini. Setidaknya bisa menambah kosakata dalam bahasa Asing yakni bahasa Mandarin.
D.                Kelemahan Buku
Sayangnya, dalam buku ini terdapat bahasa Asing yang sering muncul sehingga pembaca awam yang tidak mengerti bahasa Inggris akan sulit menangkap apa maksud dari cerita tersebut. Selain itu, kualitas kertas kurang baik  karena menggunakan kertas buram sehingga menjadikan novel tersebut  kurang  enak dipandang mata, kurang mendapatkan kesegaran dari ceritanya yang segar.
E.   Alasan Pentingnya Buku Dibaca
Buku ini wajib dibaca oleh kaum remaja, karena di dalamnya terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga untuk kita telaah lebih lanjut. Dalam buku ini kita bisa mendapatkan apa arti dari persahabatan dan seberapa besar pengorbanan kita untuk seseorang yang kita cintai. Buku ini akan mengubah paradigma yang sedang berkembang saat ini bahwa untuk menyatakan cinta itu tidak hanya dengan bunga, cokelat, atau dengan boneka melainkan bisa dengan apa saja termasuk dengan novel, buah sunkist, atau dengan yang lainnya.

Selasa, 19 April 2011

kisah inspiratif


Semangat terlecut ketika mendapatkan penghargaan
 dari Bapak Presiden Suharto

Kisah nyata dari seorang yang bernama Shodikin yang sekarang usianya telah berusia 43 tahun. Ia bertempat tinggal di daerah Sawojajar Malang. Shodikin ini bukanlah orang yang sempurna, dia tidak seberuntung kita sebagai ciptaan yang Maha Kuasa. Akan tetapi, karena semangatnya sangat  besar ia mampu meraih mimpi-mimpinya.
Dia memang memiliki keterbatasan fisik yakni tingginya tidak lebih dari semeter bahkan kedua tangannya tidak bisa difungsikan secara normal. Namun, Allah maha adil dan bijaksana, dia mempunyai ketrampilan melukis yang luar biasa dan sebuah kekayaan jiwa. Tutur bicaranya sopan, lembut, dan orang yang mudah bergaul.
Karena kecintaannya pada dunia gambar dan kerajinan ia mulai belajar menggambar dengan kaki sejak umur 4 tahun. Ditengah-tengah perjalanan Shodikin tidak lepas dari beban batin karena dia memiliki keterbatasan, yakni tidak memiliki kedua tangan sejak lahir. Bahkan tidak sering ia menjadi bahan pergunjingan masyarakat dan memandang sebelah mata terhadapnya sehingga ia sering merasa minder dan apabila keluar rumah ia terpaksa menunduk.
Semangat kini tumbuh lagi karena ia mendapatkan penghargaan dari Presiden Suharto berupa mesin ketik yang telah memotivasi ia menjadi lebih baik dan ditambah lagi dukungan dari orang tuanya yang tidak pernah habisnya sehingga ia terus melangkah. Yah dorongan itulah yang telah mengembalikan semangat yang dulu pernah hilang.
Suatu hari pada tahun 1987 saat ia duduk di bangku SMA ada seorang belanda yang tertarik dengan hasil karya seninya itu dan dihargai sebesar 300 ribu.  Sejak saat itulah shodikin semakin percaya diri untuk mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi seorang seniman. Bahkan saking seriusnya menggeluti seni lukis itu, ia bertekad untuk melanjutkan studinya di ISI (Institut Seni Indonesia) di Jogjakarta. Namun, karena keterbatasan fisiknya sehingga ia tidak diterima di ISI. Ia tak putus semangat, kemudian ia mencoba kuliah di UMM menempuh jurusan psikologi. Lagi-lagi perjalanan kariernya tidak semulus dugaannya karena ia terlalu sibuk melukis. Bahkan ia pernah tidak diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester pada semester tiga dan disuruh mengambil cuti untuk sementara waktu. Ia tak mudah putus asa saat itu juga ia berinisiatif untuk mendaftarkan dirinya sebagai anggota Assosiasi pelukis mulut dan kaki di swiis. Dan alhamdulilah ia kini sebagai anggota tetap.
Keuntungan menjadi anggota tetap inilah yang bisa membawa dia keliling dunia berkat hasil karyanya dan kini dia bisa menunjukkan pada orang lain bahwa dia juga mampu melakukan hal yang luar biasa. Dari hasil melukis inilah ia bisa menyelesaikan kuliah di UMM.
Sampai sekarang Shodikin masih tetap berkarya bahkan ia sudah berkeluarga dan bisa menyekolahkan anaknya hingga kejenjang yang lebih tinggi dan hidup serba kecukupan.
Meski sukses, tidak membuat Shodikin tengadah ke atas dan angkuh. Bahkan kini hidupnya hanya diabdikan untuk lukisan dan menyempatkan waktunya untuk mengajar seni melukis di SD Bhakti Luhur dan SMA Santha Maria Malang.