Jalan Takdir
Kakak-Beradik
(Resensi
novel Si Jamin dan Si Johan)
Judul
: Si Jamin dan Si Johan
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit
: Balai Pustaka
Cetakan : kedua puluh satu
Tahun Terbit : 2004
Tempat Terbit
: Jakarta
Tebal Buku : 102 hlm; 20 cm
Angkatan : Balai Pustaka/20-an
SINOPSIS
Sore
itu ibu tiri Jamin dan Johan menunggui kedatangan Jamin, bukan karena kuwatir
tetapi untuk meminta uang hasil jerih payah Jamin dari meminta-minta. Sebagian
uang meminta-minta itu dibelikan dua bungkus nasi untuk ia dan adiknya Johan
sehingga Inem marah dan menendang Jamin karena uang yang diberikan kurang.
Sebenarnya Inem menyiksa Jamin dan Johan merupakan hal yang biasa karena memang
wanita itu jahat dan kejam. Untung Jamin dan Johan anak yang baik dan penurut.
Jamin selalu teringat akan pesan ibunya untuk selalu berada di jalan Tuhan dan
menjaga adiknya, jangan sampai Jamin meninggalkan adiknya. Jamin selalu disuruh
ibu tirinya untuk meminta-minta padahal Jamin tidak menginginkan hal ini. Ia
masih terlalu kecil, umurnya masih sembilan tahun dan adiknya berumur tujuh
tahun.
Waktu
ibunya masih hidup mereka tidak kekurangan kasih sayang dan mereka selalu
dirawat dengan baik dan penuh dengan perhatian, tetapi Tuhan berkehendak lain
karena penyakitnya. Ibu mereka meninggal dikarenakan banyak memikirkan suaminya
yang sering mabuk. Sekarang mereka tinggal bersama ibu tirinya yang tidak
pernah merawat rumah bahkan barang-barang yang ada di rumah selalu habis
tergadai maupun terjual, Johan dan Jamin selalu disiksa dan tidak pernah
dirawat dengan baik. Tidak itu saja Inem suka ke warung candu untuk membeli
obat terlarang sehingga badannya terasa hangat dan tidak berdaya dibuat oleh
candu yang ia beli dari hasil uang hasil meminta-minta Jamin.
Bertes
ayah Jamin dan Johan juga suka mabuk hingga tidak pernah lagi mengurusi kedua
anaknya tadi. Bertes berasal dari Saparua, Ambon.
Ia meninggalkan kota
kelahirannya untuk menjadi serdadu karena ia pikir ia akan mendapatkan gaji
yang sangat besar. Waktu itu kedua orang tuanya tidak merestui tetapi Bertes tidak memperdulikan hal itu
hingga ia naik jabatan menjadi sersan. Saat Bertes sakit karena peperangan di
Aceh ia baru sadar bahwa ia banyak bersalah pada orang tuanya maka ia berkeinginan
untuk kembali ke kampung halaman dan mencari pendamping hidup. Ternyata orang
tuanya telah meninggal, ia sangat menyesal kenapa harus pergi tanpa memberi
kabar. Setelah itu, ia bertemu dengan Mina dan membina hidup dengan Mina di
Prinselaan, Taman Sari. Awalnya rumah tangga mereka baik-baik saja apalagi
ketika mereka mempunyai dua anak laki-laki yaitu Jamin dan Johan. Akan tetapi
setelah Bertes bergaul dengan orang-orang yang suka mabuk maka ia terpengaruh
dan suka mabuk dan berbuat kasar. Mina mulai sakit-sakitan hingga ia meninggal
dunia. Bertes juga sering menyiksa Mina bila sedang mabuk berat. Setelah Mina
meninggal kemudian Bertes menikah dengan Inem yang tidak baik. Sungguh malang nasib Jamin dan
Johan sudah piatu sengsara pula hidupnya.
Ketika
Inem habis mencandu, emosinya tidak dapat dikontrol lagi. Suatu ketika
pagi-pagi Inem mengusir Jamin untuk meminta-minta uang sampai mendapatkan lima puluh sen baru ia
boleh pulang dan apabila tidak membawa pulang uang tersebut Inem mengancam maka
adiknya akan dibuang ke sungai. Jamin segera pergi untuk mencari uang tetapi
sungguh sial hari itu karena sampai malam tidak dapat mengumpulkan uang
tersebut. dari pasar Baru, pasar Ikan, sampai pasar Senin ia lalui namun tidak
cukup juga hingga malam yang sangat dingin karena hujan. Hal itu membuat Jamin
lemas apalagi ia belum makan dari pagi kecuali secuil roti yang diberi oleh
teman barunya, kemudian ia pingsan.
Keesokan
harinya Jamin ditemukan oleh Kong Sui sedang terkapar tidak berdaya kemudian
membawanya ke rumah. Sampai di rumah Kong Sui Jamin diberi makan, uang, dan
baju untuk gantinya kemudian ia ditanyai dan ia menceritakan semua pada Kong
Sui dan Fi. Kong Sui sangat kasihan pada Jamin setelah mendengar ceritanya.
Bertes
pulang dari kafe pasar Senin dengan ketakutan kerena tadi ada pertikaian
sehingga seseorang tertusuk. Waktu itu Bertes sedang mabuk dan membawa pisau
karena ia mabuk ia tidak tahu siapa yang melakukan hal itu apakah dia atau
orang lain. Ketakutannya membuat ia lari dan bersembunyi serta menyuruh
istrinya untuk berbohong apabila ada polisi datang. Disaat itulah ia baru
menyadari bila hidupnya telah rusak. Ia melihat Johan dan memeluknya untuk
minta maaf tetapi ia melihat Jamin tidak ada. Sekarang Bertes ingin taubat dan
ia telah mengetahui keburukan istrinya. Beberapa saat kemudian datanglah polisi
dan membawa Bertes untuk diperiksa.
Setelah
itu Jamin pulang karena ia telah mendapatkan uang yang diinginkan ibu tirinya,
tetapi saat di depan rumah ia mendengar ayahnya ditangkap polisi. Uang itupun
segera diberikan pada ibu tirinya dan memberikan makanan kepada adiknya. Namun
baju yang diberikan Kong Sui diminta ibunya saat meraba celananya terasa ada
cincin didalamnya, untunglah Jamin dapat merayu ibunya namun akhirnya ketahuan
juga. Cincin itu adalah cincin milik nyonya Fi karena mungkin ia lupa menaruh
cincin tersebut. Jamin merasa bersalah dan berjanji akan mengembalikan pada
nyonya Fi.
Suatu
hari Jamin pergi ke jalan Mangga Besar,
ia ingin sekali pergi ke rumah
Kong Sui tetapi ia tidak mempunyai nyali karena ia tidak membawa cincin
tersebut. Tiba-tiba terdengar ada yang memanggilnya yang ternyata adalah
adiknya. Johan telah mendapatkan cincin itu kembali, tetapi sungguh malang ketika mereka akan
sampai di rumah Kong Sui, Jamin tertabrak trem yang ada dibelakangnya karena ia
berusaha menyelamatkan adiknya yang ternyata Jamin sendiri yang tertabrak.
Johan
tidak mengetahui kejadian tersebut karena ia terpelanting, Johan hanya
mengetahui bahwa kakaknya terkapar dan bercucuran darah. Kemudian Jamin dibawa
ke rumah sakit Glodok sedangkan Johan bingung apa yang harus dilakukannya. Ia
ingin sekali pergi ke rumah sakit tetapi ia tidak mengetahui jalan yang harus
dilalui. Johan menemukan cincin yang terjatuh dan ia berkeinginan untuk
mengembalikan dan menceritakan kejadian yang dialami kakaknya kepada keluarga
Kong Sui.
Sesampainya
di depan rumah obat milik Kong sui, Johan tidak berani masuk ke dalam rumah
karena sedang ada tamu maka ia menunggu. Kemudian ia masuk dan menceritakan
kejadian yang dialami oleh kakaknya dan memberikan cincin kepada nyonya Fi.
Maka sekarang percayalah Kong Sui bahwa Jamin dan Johan adalah anak yang baik
bukan yang seperti ia kira selama ini.
Nyonya
Fi sangat bersedih akan nasib yang dialami kedua anak tersebut. akhirnya Fi
bersama Johan pergi ke rumah sakit. Jamin tak berdaya lagi dan ia berpesan agar
adiknya jangan sampai pulang ke rumah karena ia takut adiknya akan disiksa lagi
oleh Inem. Seisi ruangan menangis karena terharu dan iba melihat Jamin. Jamin
berkata bahwa ia akan menyusul ibunya ke alam yang kekal, ia berpesan agar
Johan bisa menjadi orang yang baik dan tetap beriman.
Akhirnya
Jamin meninggal dengan tenang ia dikuburkan di Mangga dua. Johan sekarang
dirawat dan disekolahkan oleh keluarga Kong Sui yang tidak mempunyai anak lagi
karena anak mereka sudah meninggal. Johan mendapatkan kasih sayang yang
berlimpah dari keluarga Kong Sui. Beberapa bulan kemudian ayah Johan
dikeluarkan dari penjara karena terbukti tidak bersalah. Kini Bertes sudah
bekerja berkat bantuan dari Kong Sui dan Johan kembali ke ayahnya tetapi ia
masih tetap mendapatkan pendidikan dari keluarga Kong Sui.
KOMENTAR
Si
Jamin dan Si Johan karya Merari Siregar ini merupakan karya saduran Justus Van
Maurik yang berjudul Jan Smees yang digubah oleh Merari . cerita ini mendapat
hadiah dalam sayembara mengarang tentang pemberantasan madat.
Ide
cerita ini adalah ajakan untuk menjauhi minuman keras dan narkoba karena hal
ini dapat mengakibatkan kerusakan mental dan kemrosotan suatu bangsa dan
kehidupan manusia serta dapat merusak hubungan dengan masyarakat. Ide itu
sejalan dengan dengan isi Nota Rinkes yang ingin memberikan unsur pendidikan
budi pekerti kepada pembaca dan tanpa adanya unsur politik serta agama.
Selain
ide tersebut di atas kita juga diajak untuk menyayangi orang lain dan mau
berkorban demi kepentingan orang lain. Kita harus saling mengasihi dan menjaga
satu sama lain dan tanpa menjatuhkan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar