NAMAKU
TEWERAUT
“ Sebuah
Roman Antropologi dari Rimbarawa Asmat, Papua”
Judul
: Namaku Teweraut: Sebuah Roman Antropologi dari Rimbarawa Asmat, Papua
Pengarang : Ani Sekarningsih
Penerbit
: Yayasan Obor Indonesia
Cetakan : Pertama
Tahun Terbit : 2000
Tempat Terbit
: Jakarta
Tebal Buku : 298 hlm
SINOPSIS
Di
sebuah daerah pedalaman Papua Asmat lahir seorang anak yaitu Teweraut yang
artinya anggrek cantik, ia berasal dari keluarga terpandang dan ia dibesarkan
dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Sejak Teweraut di bangku sekolah
ibunya selalu berpesan bahwa Teweraut adalah titisan leluhur yang bersemayam di
Caserasen yakni lapangan suci dekat persimpangan tiga sungai. Ia dilarang minum
air di sana dan
pantang memakan buah dan binatang buruan atau ikan jenis tertentu pada hutan
tempat leluhurnya tinggal.
Ndiwi
Teweraut bernama nDesman, beristri dua, ia terlahir dari istri pertama bernama
Cipcowut yang merupakan anak ke tiga dari lima
bersaudara. Teweraut beruntung karena ia dilahirkan oleh seorang perempuan yang
mengerti arti sekolah bagi para gadis, sekalipun harus menentang tradisi
masyarakat. Ia pun merantau ke ibukota kabupaten terdekat untuk melanjutkan ke
sekolah kesejahteraan keluarga. Akan tetapi karena keterlambatan kiriman ia
hanya bersekolah selama delapan bula.
Suatu
ketika datanglah mama Rin dari Jakarta
yang ingin mengenal budaya Asmat lebih dekat. Teweraut menjadi sangat dekat
dengan mama Rin.
Teweraut
pun beranjak dewasa ia mulai menyukai lawan jenis. Ia tertarik pada Def yang
profesinya sebagai seorang guru. Akan tetapi orang tua Teweraut menginginkan ia
menikah dengan Akatpits yang beristrikan enam orang. Akatpits adalah seorang
kepala dusun. Pertentangan pun terjadi tetapi apa daya Teweraut, ia tidak bisa menolak
karena terperangkap dalam ketentuan adat yang mengistimewakan kedudukan status
seseorang dan sebagai seorang perempuan yang harus menuruti orang tuanya.
Berita
pernikahan Teweraut terdengar oleh mama Rin kemudian mama Rin datang untuk mengucapkan selamat dan ia juga ingin
mencari dan memilih penari, pakar penabuh gendang, peniup bumbung, dan lakon
untuk pameran kebudayaan di laur negeri.
Terpilihlah
enam orang perempuan dan enam laki-laki termasuk Teweraut, Akatpits, dan nDiwi
Teweraut. Rombongan bertolak ke Jakarta
untuk mempersiapkan pertunjukan budaya. Setelah beberapa hari latihan, semua
rombongan berangkat ke Amerika. Di luar negeri mereka merasa tidak nyaman
karena harus mematuhi peraturan yang sebenarnya tidak mereka inginkan karena
adanya batasan-batasan dan jadwal yang padat. Selama empat bulan mereka harus
meninggalkan Asmat.
Pertunjukan
mereka disambut antusias oleh warga Eropa dan Amerika tidak sedikit yang
berdecak kagum tetapi di sisi lain tidak menyukai pertunjukan tersebut.
Setelah
perjalanan yang menyenangkan dan melelahkan mereka bertolahk ke Jakarta dan melanjutkan
ke Merauke, mereka disambut oleh Bupati Merauke dan pejabat penting yang akan
membawa mereka pulang ke kampung halaman. Akhirnya mereka pulang ke kampung
halaman dan disambut dengan meriah oleh keluarga mereka masing-masing.
Setelah
perjalanan panjang yang dilalui Teweraut dan Akatpits, Teweraut mulai mencintai
laki-laki itu. Ia sangat memperhatikan dan menyayangi Teweraut. Apalagi saat
Akatpits mengetahui Teweraut telah hamil dua bulan, hanya dua minggu Akatpits
berkumpul dengan anak-istrinya ia berangkat kembali ke Merauke memenuhi tawaran
kerja di pelabuhan.
Hari-hari
Teweraut terasa sepi tanpa sang suami ia memutuskan untuk bekerja di base-camp
Konoko sebagai tukang cuci dan masak pada Pak Mangunsong dan Mister Hoover asal Texas.
Teweraut pun merasa senang dengan pekerjaannya.
Kini
wajah kampung Teweraut sedang menuju perubahan, rombongan luar menjajakan budaya baru dan rombongan lain merampas
sumber kehidupan turun temurun.
Usia
kandungan Teweraut memasuki usia delapan bulan. Teweraut pun berpamitan kepada
Mister Hoover untuk meninggalkan pekerjaannya. Ia sekarang tinggal bersama
orang tuanya dan sesekali ia mengunjungi istri-istri lain Akatpits. Perasaan
rindu pun dirasakan oleh Teweraut dan ia sering memimpikan Akatpits.
Teweraut
mendapat panggilan dari Pak Camat,
ia pun mendatangi rumah Pak Camat
bersama nDiwinya. Ia mendapat kabar kalau ada kecelakaan di pelabuhan yang
salah satu korbannya tewas dan dua luka-luka, berita ini menyebar ke segala
penjuru dan belum diketahui siapa korban itu. Selama dua hari mereka menunggu
kabar berita tersebut. betapa terkejutnya Teweraut dan istri-istri Akatpits
ketika mendengar berita bahwa korban yang meninggal itu adalah Akatpits.
Suasana pun menjadi sangat haru. Pemakaman pun dilaksanakan secara adat.
Setelah
kematian Akatpits, kini Teweraut dan istri-istri Akatpits menjadi tanggung
jawab Owenbe, adik Akatpits. Para istri
sekaligus menjadi istri Owenbe karena adat istiadat jika orang yang meninggal
mempunyai istri maka tanggung jawab diberikan kepada saudara yang masih hidup. Tak mudah Teweraut mengubur kesedihan dalam
waktu singkat. Owenbe menawarkan agar Teweraut bisa tinggal bersamanya beserta
istri-istri Akatpits dan kedudukannya berubah menjadi istrinya. Akan tetapi, Teweraut
untuk sementara memilih tinggal bersama orang tuanya sampai kelahiran anaknya.
Kini Teweraut tinggal bersama orang tuanya dan bekerja di biara dan dibina menjadi
seorang yang tangguh yang harus bisa menjawab tantangan jaman.
Hari
yang ditunggu-tunggu telah tiba, Teweraut merasakan nyeri di bagian bawah
perut. Ia pun dibawa oleh Endewnya ke pondok. Perjuangan Teweraut tidak
membuahkan hasil dan akhirnya dibawa ke Puskesmas. Posisi bayi yang dikandung
Teweraut ternyata melintang, ia merasa tidak kuat dan saat itu ia merasa bahwa
Akatpits berada di disisinya dan membawanya terbang.
Tangis
para wanita meledak ketika melihat Teweraut terbujur kaku. Ia langsung dimakamkan
tanpa disemayamkan di rumah karena sesuai tradisi bahwa wanita yang meninggal
bersama bayi dalam kandungan akan segera ditempatkan di bawah pohon Cu di hutan
keramat.
nDesman
nDiwi Teweraut merasa bersalah karena tidak pernah memberi kesempatan pada
Teweraut memilih jalan hidupnya sendiri. Dua bulan kemudian nDesman pun
menyusul putri kesayangannya.
KOMENTAR
Roman
ini ditulis oleh Ani Sekarningsih. Ia pernah mengabdi di Asmat beberapa tahun
dan hal ini membuat Ani merasa tersentuh untuk merekam keekotisan budaya dan
perilaku masyarakat Asmat dalan bentuk roman.
Roman
karya Ani Sekarningsih ini merupakan salah satu karya sastra Indonesia
kontemporer yang kental dengan aspek-aspek antropologis. Roman ini berhasil
memperoleh penghargaan Hadiah Sastra Buku Utama Tahun 2002 dari Menteri
Pendidikan Nasional. Roman ini bercerita tentang kisah perempuan Asmat yang
bernama Teweraut dari lahir sampai meninggalnya, sebuah cerita yang memang khas
dengan pengertian roman. Banyak dijumpai hal-hal yang menarik dalam roman ini,
mulai dari budaya dan perilaku masyarakat Asmat yang sampai sekarang masih
dianut dan perjumpaan budaya lokal Asmat dengan budaya modern luar.
Roman
ini bercerita dari sudut pandang atau kacamata seorang Teweraut yang kritis
terhadap berbagai hal, termasuk pandangannya tentang budaya di masyarakatnya
diantaranya adalah kawin muda dan kawin paksa yang dialaminya, perjumpaannya
dengan budaya modern sewaktu ikut misi budaya ke luar negeri, daya kritisnya
tentang kondisi sosial budaya sukunya dan banyak lagi persoalan kehidupan yang
dialami seorang Teweraut.
Tema
yang diangkat dalam roman 2000-an (Namaku Teweraut) ini menyangkut seluruh
aspek kehidupan dan tidak dibatasi. Para
penulis era 2000-an ini bebas mengangkat tema yang diinginkan dan bisa
mengkritisi segala aspek kehidupan yang ada di masyarakat dan dapat
mengungkapkan secara gamblang karena mereka tidak terikat oleh
peraturan-peraturan yang seperti periode terdahulu. Sehingga tema yang diangkat
mengalami perkembangan yang positif.
Haai. Aku minta izin copy sinopsisnya yaah buat resensi novel di blog aku. Nanti aku sematkan tautan ke blog kamu, kok! Makasih sebeumnyaa :)
BalasHapusJangan sungkan yaa untuk sekedar mampir di blog aku hehe sekali lagi makasih :D
http://magellanictivity.blogspot.com